Al kisah, ada seorang pemuda yang
sedang duduk terlamun menatap langit biru, tiba-tiba terlentas dipikirannya
akan dunia dimasa depan. Pemuda tersebut bertekad akan mengubah dunia ini, ia
bosan dengan hal-hal buruk yang dilakukan masyarakat dunia, penjajahan,
rasisme, diskriminasi agama, kemiskinan dan terorisme. Semua hal buruk tersebut
akan ia hapuskan dengan berbagai macam ide dan pergerakan yang telah ia
rancang. Namun, lambat laun ia merasa, ide dan pergerakannya belum mengubah
dunia ini. Ia pun mempersempit tekadnya untuk mengubah negaranya.
Negara yang selama ini ia berada
tidak kalah bobroknya. Korupsi, politik uang, bahkan janji-janji pemimpin tidak
ada yang terlaksana ada dinegaranya. Dengan tekad yang masih kuat, ia ingin
sekali mengubah negeranya dengan ide dan pergerakan yang telah ia rancang
sebelumnya. Namun, lambat laun ia merasa, usaha yang ia lakukan belum
membuahkan hasil, ia terlalu kecil untuk negara yang besar ini. Maka ia pun
mempersempit tekadnya untuk mengubah kotanya.
Kota tempat tinggalnya selama ini
juga tidak kalah bobroknya. Pemimpin yang mencuri uang rakyat, proyek
pembangunan kota yang tidak pernah rampung hingga nepotisme selalu menjadi isu
negatif yang terdengar dari masyarakat dikota itu. Tapi, waktu terus berjalan,
umurnya tidak lagi muda, langkahnya tidak segesit dahulu, dan sekali lagi ia
mempersempit tekadnya untuk mengubah keluarganya.
Keluarganya pun sudah terlanjut
bobrok akibat kesibukannya mengubah dunia, negara dan kota sehingga keluarganya
tidak terurus dengan baik. Istrinya menjadi pembangkang dan berselingkuh,
anak-anaknya menjadi pecandu narkoba dan terjangkit HIV. Itu semua akibat
kurang perhatian darinya selaku kepala keluarga. Disaat seperti ini, cukup
sulit membangun keharmonisan rumah tangga. Kemudian ia tersadar akan suatu hal.
Sebelum mengubah dunia, sebelum
mengubah negara, sebelum merubah kota bahkan sebelum mengubah orang disekitar
kita, terlebih dahulu kita mengubah diri sendiri. Lakukan hal yang kecil namun
intens agar dapat mengubah pola kebobrokan yang telah membudaya. “Andai dahulu yang pertama sekali ku ubah
adalah diriku sendiri, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin
aku bisa mengubah keluargaku, Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa
jadi aku pun mampu memperbaiki kotaku, kemudian siapa tahu kotaku menjadi kota
teladan diseluruh wilayah negara ini dan dijadikan percontohan, maka secara
tidak langsung aku telah mengubah negara ini, kemudian siapa tahu aku bahkan
bisa mengubah dunia ini”
Coba
bayangkan jika Thomas Alva Edison tidak bisa menaklukkan kegagalan dirinya
ketika sedang melakukan eksperimen bola lampu. Akankah dunia seterang hari ini?
Coba bayangkan juga bagaimana jika Kolonel Sanders tidak bisa mengubah sudut
pandangnya tentang bisnis restoran dan memaksakan untuk tetap membuka
restorannya yang kurang laku akibat proyek jalan tol pemerintah, akahkah
franchise KFC akan tersebar kemana-mana seperti hari ini?
Dunia ini menawarkan banyak
perubahan yang sangat menantang untuk diikuti tiap harinya. Tapi sekali lagi
kita musti sadar. Sebelum kita turut serta dalam perubahan itu, terlebih dahulu
kita musti mampu menaklukkan diri kita sendiri.
To be continue...